I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Panen atau pasca panen
merupakan hasil akhir dalam proses membudidaya tanaman. Yang mana pada tahap
ini, tingkat kuantitas dan kualitas suatu produk bisa diukur ke optimalnya.
Berdasarkan hal tersebut, suatu tanaman juga tidak dapat langsng di jual atau
diproduksi. Melainkan untuk hasil tanaman tertentu biasanya disimpan pada
tempat yang sudah terjaga. Baik itu dalam segi suhu, kelembaban, sinar matahari
maupun gangguan hama. Namun, tidak jarang dalam
proses penyimpanan produksi hasil tanaman berjalan dengan baik atau
sesuai keinginan, Artinya ada hal-hal tertentu yang menjadi faktor perusak
produksi suatau tanaman. Dalam hal ini, hama gudang merupakan faktor utama yang
mana merupakan organisme penggangu yang merusak tanaman serta mengakibatkan turunya
kualitas maupun kuantitas suatau tanaman dalam proses penyimpanan.
Hama gudang merupakan
organisme perusak tanaman yang bekerja pada saat tanaman disimpan dalam ruang
penyimpanan atau gudang. Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas,
yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang
sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Kumbang
tepung (Tribolium sp.), kumbang
jagung (Sitophilus oryzae), kumbang biji (Callocobruchus
chinensis), kumbang jagung (Sitophilus
zaemays), kumbang kopra (Necrobia rufipes) dan lain-lain (Nyoman I,
2005).
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang pada bahan-bahan
simpanan di gudang dan mengetahui ciri-ciri morfologi serta gejala serangan
yang ditimbulkannya.
Kegunaan dari praktikum
ini adalah dapat mengetahui secara jelas bagian-bagian morfologi dan gejala
serangan serta pengendalian dari berbagai jenis hama gudang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kumbang
Beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang beras merupakan nama
umum bagi sekelompok serangga kecil yang dikenal juga gemar menghuni biji-bijian yang
disimpan. Kumbang beras adalah hama gudang yang sangat merugikan dan sulit dikendalikan bila telah
menyerang dan tidak hanya menyerang gabah/beras tetapi juga bulir jagung, berbagai jenis gandum, jewawut, sorgum, serta biji kacang-kacangan (Wagianto, 2008)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Dalam pengelompokan
serta pengklasifikasian hama kumbang beras (Sitophilus
oryzae), termasuk dalam Kingdom
Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili
Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae) (Naynienay, 2008).
Bentuk luar kumbang beras (Sitophilus oryzae) yaitu pada kumbang
muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap
bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah
kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat
hidup larvanya. Larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih
dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Kumbang
betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai
300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi
terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang
dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang
berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Selama
beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula
imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup
hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari (Naynienay, 2008).
2.1.2 Daur Hidup
Daur
hidup kumbang beras dimulai dari peletekkan sebutir telur dilubang.
Selanjutnya, lubang itu ditutup dengan skresi yang keras. Kumbang betina bisa
bertelur sampai 300 butir dalam beberapa minggu. Setelah menetas, larva memakan
beras tempat tinggalnya dan berkembang sampai menjadi pupa. Pupa kumbang muda
keluar dari beras. Setelah menjadi dewasa, kubang memakan beras bagian luarnya
hingga berlubang. Kumbang betina menggerek butiran beras dengan mncongnya
dilapangan atai di gudang beras. Daur hidup dari telur sampai dewasa lebih
kurang 26 hari. Sementara itu, umur kumbang bisa mencapai 3-5 bulan. Jika tidak
diberi makanan kumbang betina masih bisa hidup sampai satu bulan. Perkembangannya
umumnya bisa pada temperatur 17-34 derajat dengan kelembapan relatif 15-100 %. Perkembangan
optimum terjadi pada temperatur 30 derajat dana kelembapan relatif 70 %. Jika
kelembapan relatif melebihi 15 %, kumbang bubuk ini akan berkembang cepat
(Udha, 2008).
2.1.3 Gejala
Serangan
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dikenal
sebagai bubuk beras (rice
weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai
tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat,
bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama
kumbang beras (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak
butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra,
dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi
berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan
menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti
tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini
yang bercampur dengan air liur hama (Naynienay, 2008).
2.2 Kumbang
Tepung (Tribolium sp.)
Kumbang tepung ialah serangga perusak bijian dan banyak
digunakan sebagai haiwan makmal, kerana ia senang disimpan. Kumbang tepung makan gandum dan
bijian lain dan menyesuaikan diri untuk hidup di persekitaran yang sangat
kering dan dapat menahan jumlah radiasi yang tinggi (Hama sains, 2008)
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Dalam pengelompokan
serta pengklasifikasian hama kumbang tepung (Tribolium sp.) Klasifikasi Kumbang
Tepung (Tribolium sp) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda,
Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Tenebrionidae,
Genus Tribolium, Spesies (Tribolium sp.) (Rioardi,
2009).
Kumbang dewasa berbentuk pipih,
berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih
agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang
± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang
betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur
diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan
pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki
thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak
jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva
dewasa dapat mencapai 8-11 mm.
Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan
material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam
material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari (Wagianto, 2008).
2.4.2 2.2.2 Daur
Hidup
Kumbang betina
mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur
diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan
pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki
thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak
jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva
dewasa dapat mencapai 8-11 mm.
Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan
material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam
material. Dewasa dapat hidup selama 6 bulan. (Wagianto, 2008).
2.2.3 Gejala
Serangan
Hama ini juga disebut
hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus
menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas
beras ditemukan hama (Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga hama
bubuk ini. Hama (Tribolium) hanya memakan sisa komoditas yang
telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk
tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam
komoditas beras, tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di
toko maupun di rumah (Rioardi, 2009).
2.3
Kumbang Jagung (Sitophilus Zeamays)
Kumbang jagung merupakan hama gudang yang sangat merugikan dan sulit dikendalikan bila telah
menyerang dan tidak hanya menyerang gabah/beras tetapi juga bulir jagung, berbagai jenis gandum, jewawut, sorgum, serta biji kacang-kacangan (Wagianto, 2008).
2.3.1
Klasifikasi dan morfologi
Klasifikasi
Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum
Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus
Sitophilus, Spesies (Sitophilus zeamays) (Udha, 2008).
Morfologi Kumbang
Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna
coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk
dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung.
Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat
bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap
kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar
3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).
2.3.2 Daur Hidup
Kumbang betina akan mengunyah lubang
kecil di dalam inti biji, kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya. Kumbang
betina dapat bertelur 300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur
akan menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan diletakkan satu per satu pada lubang gerekan didalam
biji, Keperidian imago sekitar 300-400 butir telur; stadia telur
kurang lebih enam hari pada suhu 250C. Larva menggerek biji dan hidup di dalam
biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 250C dan kelembaban nisbi
70%. Pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8
hari. Imago yang terbentuk
berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum membuat lubang keluar.
Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika
tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa makan. Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada
kondisi suhu optimum 290C, kadar air biji 14% dan kelembaban nisbi 70%.
Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas
15%. (Naynienay, 2008).
2.3.3
Gejala Serangan
Kumbang Jagung (Sitophilus
zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir
jagung menjadi lubang dan akhirnya rusak dan menurunkun kuantitas produk. Ukuran
lubang yang diakibatkan kumbang jagung (Sitophilus zeamays) lebih besar
dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah
dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur
hama (Naynienay, 2008).
2.4
Kumbang Biji (Callosobruchus Chinensis)
Kumbang biji (Callosobruchus Chinensis) adalah hama perusak biji, dan juga
merupakan salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang
hijau di gudang. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai
moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar (Wagianto, 2008)
2.4.1
Klasifikasi
dan Morfologi
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta,
Ordo Coleoptera, Family Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies Callosobruchus
chinensis. Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji
kacang hijau di gudang adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama
ini disebut kumbang biji. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)
mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk
tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur
dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat
gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap
depannya coklat kekuning-kuningan. Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh
2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49
mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk
lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu
keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal,
dan rata pada bagian yang melekat pada biji. Telur diletakkan pada permukaan
biji dan direkatkan dengan semacam perekat (Rioardi,2009).
2.4.2
Daur Hidup
Pada proses perubahan
bentuk menjadi organisme dewasa, Kumbang biji (Callosobruchus Chinensis) memiliki telur berbentuk lonjong agak
transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Telur
diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat. Kemudia,
setelah menetas, larva bergerak aktif, dan memeakan biji. Ukuran larva 8-11 mm.
Pada proses pembentukan pupa, larva akan menghancurkan biji. Setelah itu
berubah menjadi imago. Selama 30 hari imago hanya bisa bertahan pada suhu 3o
derajat celcius. Sedangkan pada tahap dewasa kondisi normal kumbang ini pada
8-16 minggu dan dapat bertahan pada suhu 11 derajat celcius (Udha, 2008).
2.4.3
Gejala serangan
Setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan
pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5
hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit
telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur
diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan
tampak berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji
sampai menjadi imago. Setelah menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi
tempat keluar imago dari dalam biji (Naynienay, 2008).
2.5 Kumbang Kopra (Necrobia ruvipes)
Kumbang kopra (Necrobia ruvipes) merupakan hama
perusak kopra atau hasil produksi kelapa. melubangi
biji-biji kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak
sedap merupakan salah satu gejala yang disebabkan kumbang kopra Kumbang
Kopra (Necrobia ruvipes) (Wagianto, 2008).
2.5.1
Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera,
Famili Claridae, Genus Necrobia, Spesies (Necrobia rufipes) ( Wagianto,
2008).
Kumbang
kopra (Necrobia rufipes) memilki ciri morfologi terdiri dari antena, caput,
mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang
sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna
hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut
berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau oranye.
Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau
hitam . Pada kumbang betina memiliki embelan ovipositor,
memiliki sepasang ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran telur yang
dijalurkan keluar bila mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada
ruas abdomen ke 10 memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki organ penjepit
bagian luar dan organ penusuk bagian median (Hama sains, 2008).
2.5.2 2.5.2 Daur
Hidup
Betina bertelur hingga 30 telur per
harinya di dalam retakan atau celah ikan yang terluka. Telur membutuhkan antara
empat dan enam hari untuk menetas. Larva akan tumbuh selama 30 hingga 140 hari,
menjadi kurang aktif dan mencari tempat yang gelap untuk menjadi kepompong. Dan
tahapan kepompong bervariasi antara 6 dan 21 hari. Setelah itu, kumbang dewasa
akan segera kawin setelah tumbuh dari tahapan kepompongnya dan dapat hidup
hingga 14 bulan (Udha, 2008).
2.5.3
Gejala Serangan
Kumbang menyukai kopra yang berkualitas rendah, aktif
baik siang maupun malam hari. Telur diletakkan di celah-celah atau retakan
bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, maka larva akan menggerek bahan dengan
liang gerek yang berkelok-kelok. Menjelang saat berkepompong larva itu membuat
rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran sisa gerekan dan air
liurnya dari sebelah dalam. Biasanya larva terakhir juga menyiapkan lubang
keluar bagi kumbang dewasa yang baru dan lubang itu ditutup dengan campuran air
liurnya dan sisa gerekkannya (Udha, 2008).
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan waktu
Praktikum Dasar-dasar
Perlindungan Tanaman mengenai Pengenalan Hama Gudang, di laksanakan di
Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, pada hari kamis, tanggal 13 November
2014, dimulai dari pukul 10.00 sampai dengan selesai, Waktu Indonesia Tengah.
Yang mana praktikum ini bertempat di Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako,
Palu.
3.2. Alat dan bahan
Dalam melaksanakan
Praktikum Dasar-dasar Pengendalian Tanaman mengenai Pengamatan Hama Gudang, alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu papan bedah atau strefom, jarum pentul,
alat tulis menulis berupa polpen, pensil, penghapus serta buku gambar.
Bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu alkohol dan serangga hama gudang serta gejala
serangannya. Hama serangga tersebut adalah kumbang beras (Sithopilus oryzae), kumbag tepung (Tribolium sp.), kumbang jagung (Sithopilus zeamays), kumbang biji (Callosobruchus Chinensis) dan kumbang
kopra (Necrobia rufipes).
3.3. Cara kerja
Cara kerja dalam Praktikum
Dasar-dasar Pegendalian Tanaman mengenai Pengenalan Hama Gudang, yaitu langkah awal
yang dilakukan yakni menyiapkan seluruh alat dan bahan parktik. Kemudian hama
direndam pada alkohol 70 persen. Setelah itu, hama dikeluarkan dari alkohol dan
di letakkan diatas sterefom yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian di tusuk.
Kemudian amati hama, dan gambar mulai dari morfologi hama, dan gejala serangan
yang dihasilkan hama tersebut pada buku gambar yang telah disiapkan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan Praktikum yang telah
dilakukan di laboratorium Hama dan Penyakit TanamanDasar-dasar Pengendalian
Tanaman mengenai Hama Gudang, didapatkan hasil yaitu :
Keterangan
:
1. Mata
2. Antena
3. Caput
4. Thorax
5. Abdomen
6. Sayap
7. Tungkai
|
Gambar
1. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus
Oryzae). Keterangan :
Keterngan
:
1. Gambar
serangan Kumbang Beras (Sitophilus
Oryzae).
|
Gambar
2. Beras yang terkena serangan Kumbang Beras (Sitophilus Oryzae).
Keterangan :
1. Antena
2. Kepala
3. Mata
4. Mulut
5. Sepasang
kaki
6. Sepasang
sayap
|
Gambar
3. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium
sp.)
Keterangan
:
1. Gejala
serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp.)
|
Gambar
4. Gejala serangan Kumbang Tepung (Tribolium
sp.)
Keterangan :
1. Antena
2. Kepala
3. Mata
4. Mulut
5. Sepasang
kaki
6. Sepasang
sayap
|
Gambar
5. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus
zeamays).
Keterangan
:
1.
Gejala serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).
|
Gambar
6. Jagung yang terkena serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).
Keterangan
:
1. Antena
2. Kepala
3. Mata
4. Mulut
5. Sepasang
kaki
6. Sepasang
sayap
|
Gambar
7. Morfologi Kumbang Biji (Callosobruchus
Chinensis).
Keterangan
:
1. Gejala
serangan Kumbang Biji (Callosobruchus
Chinensis).
2.
3.
|
Gambar
8. Biji yang terkena seranag Kumbang Biji (Calosobruchus
Chinensis).
Keterangan
:
1. Mata
2. Antena
3. Sayap
depan
4. Sayap
belakang
5. Tungkai
|
Gambar
9. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes).
Keterangan
:
1. Gejala
serangan Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes).
|
Gambar
10. Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil Praktikum
Dasar-dasar Pengendalian Tanaman mengenai Pengenalan Hama Gudang yakni tentang Kumbang
Beras (Sitophilus oryzae), secara umum morfologi hama serangga
ini terdiri atas caput, toraks, dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang
antena, alat mulut dan juga terdapat mata mejemuk. Bagian toraks terlihat
tiga pasang tungkai yaitu tungkai belakang, tangah dan tungkai depan.
Gejala serangan
Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) terlihat bahwa butir-butir beras
yang diserang terdapat lubang lubang-lubang kecil. Beras yang terserang
mudah hancur, yang mengakibatkan kualitas beras menjadi buruk. Warna tubuh
Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) berwarnah merah agak
kecoklatan. (Naynienay, 2008).
Musuh
alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit
larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva
dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan
adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh,
dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap
produk yang disimpan (Naynienay, 2008).
Pengamatan
morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp) terlihat bahwa Kumbang
Tepung (Tribolium sp) mempunyai caput, toraks, dan juga
abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena, mata majemuk dan juga alat
mulut. Pada bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, dan pada bagian
abdomen terdapat sepasang sayap. Warna tubuh Kumbang Tepung (Tribolium sp)
berwarna coklat kemerahan.
Gejala serangan
Kumbang Tepung (Tribolium sp) mengakibatkan bahan penyimpanan
tepung menjadi kotor Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang ini yaitu
bahan yang telah diserang warnanya menjadi kotor, banyak kumbang yang merayap
dipermukaan tempat penyimpanan, dan terdapat kotoran serangga (Wagianto, 2008).
Pengendalian
yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan
dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu
dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi
terhadap produk pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya
bagi kesehatan manusia ( Wagianto, 2008).
Morfologi Kumbang
Jagung (Sitophilus zeamayz) hampir sama dengan morfologi hama gudang
lainnya. Alat mulut Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) lebih
panjang dari alat mulut hama gudang lainnya. Bagian morfologi yang tampak
secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen. Kumbang Jagung (Sitophilus
zeamayz) berwarna coklat kehitam-hitaman.
Morfologi Kumbang
Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna
coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk
dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung.
Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna
hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian
depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh
kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Gejala
serangan yang timbulkan yaitu butir-butir jagung terdapat lubang, sama gejala
serangan hama gudang lainnya, lubang yang ditimbulkan akibat gejala serangan
lebih dari satu lubang dan ukuran lubangnya lebih besar (Naynienay, 2008).
Cara
pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang
sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya
phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan
resiko yang sangat besar (Naynienay, 2008).
Pengamatan
morfologi Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis), tampak terlihat
caput, antenna, toraks, tungkai depan, tungkai tengah dan tungkai tungkai
belakang. Ukuran tubuh kumbang kacang hijau sangat kecil, berbeda dengan ukuran
tubuh hama gudang lainnya. Ukuran tubuh Kumbang Biji (Callosobruchus
chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan
hama gudang lainnya, tubuhnya berwarna coklat kehitam-hitaman.
Gejala serangannya
tampak terlihat bekas-bekas lubang. Lubang uang ditimbulkan dalam satu
butir biasanya lebih dari satu lubang. Buti-butir yang terserang biasanya
jika tersimpan lama maka akan retak. Gejala serangan Kumbang Biji (Callosobruchus
chinensis) tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan
lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam
produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat
menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada
komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras ( Wagianto,
2008).
Pengendalian
dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini
(Anisopteromalus calandrae dan semut hitam) (Nayneienay, 2008).
Serangga hama Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis),
dapat dikendalikan dengan cara melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami
hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam). Musuh
alaminya yang tidak lain berupa parasit parasitoid larva yaitu Anisopteromalus
calandrae (Howard) dan Dinarmus basalis (Rondani) (Pteromalidae:
Hymenoptera) yang biasanya juga menyerang Sitophilus sp. atau
serangga lain yang tergolong bangsa kumbang. Jenis parasit tersebut biasanya
menyerang kepompong. Semut juga dapat menyerang kumbang Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)
dewasa, terutama yang abnormal atau yang hampir mati. Perangkap lampu atau lem
dapat menangkap imago. Pengendalian di gudang
dapat dilakukan dengan fumigasi ( Wagianto, 2008).
Pengamatan
morfologi Kumbang Kopra(Necrobia rufipes) terlihat bahwa Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes) terdiri atas caput, antena, alat mulut, toraks dan
abdomen. Pada torak terdapat tiga pasang tungkai, yaitu tungkai depan,
tungkai tengah dan tungkai belakang. Ukuran tubuh Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes) lebih besar dari ukuran tubuh hama gudang lainnya.
Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes) memilki cirri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk,
abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang
sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh
berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah
perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau
oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna
coklat tua atau hitam ( Wagianto, 2008).
Gejala serangan
Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) tampak terlihat lubang-lubang pada
kopra. Lubang yang ditimbulkan biasanya lebih dari satu dan kopra yang
diserang baunya jadi busuk. Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan
mengeluarkan bau yang tidak sedap (Hama sains, 2008).
Pengendalian serangga hama yang
biasa dilakukan adalah dengan cara membuat kopra dari kelapa yang benar-benar
tua serta Menjaga kebersihan gudang dari berbagai macam kotoran yang dapat
mengundang datangnya serangga hama (Hama sains, 2008).
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Hama gudang merupakan organisme
penganggu yang menyerang pada tanaman yang telah selesai panen atau penyerangan
hama gudang terjadi pada saat penyimpanan produk, sehingga dapat merusak hasil
produksi dan menurunkan kualitas serta kuantitas produk tanaman yang masi dalam
proses penyimpanan.
2.
Serangga hama gudang memiliki morfologi
yang hampir sama pada serangga hama lainya. Disetiap morfologinya, caput, toraks serta abdomen merupakan morfologi paling
umum pada setiap hama gudang.
3.
Pada proses penyimpanan produksi tanaman
di gudang, hama perusak yang dominan yaitu Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), Kumbang Tepung (Tribolium sp), Kumbang Jagung (Sithopilus
zeamays), Kumbang biji (Callosobruchus
Chinensis) dan Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes).
4.
Berdasarkan pembahasan mengenai Hama
Gudang, bahwa dapat setiap gejala serangan Hama Gudang dapat diketahui semua
gejala seranagan hampir sama, namun cara pengendalian berbeda. Diantaranya
adanya pengendalian yang menggunakan musuh alami atau pengendalian secara fisik
saja, dan ada juga pengendalian menggunakan insektisida atau pengendalian
secara kimiawi.
5.2
Saran
Dalam melaksanakan
praktikum, diharpakan kepada para praktikan, agar dapat lebih meningkatkan
kedisiplinan. Sehingga dalam melakasanakan praktikum berikutnya bisa berjalan
dengan baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Hama sains, 2008. http://www.pustaka-deptan.go.id. Hama dan Penyakit Tanaman. Daikses 18
November 2014.
Hartati, 2009. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang, Rineka
Cipta Jakarta.
Naynienay,
2008.
Kerusakan Bahan Pangan Pasca Panen. Diakses dari: http://naynienay.wordpress.com/category/.
Pada tanggal 19 November 2014
Nyoman
I 2005. Pasca Panen. Fakultas
Pertanian, Malang.
Rioardi,
2009.
Klasifikasi Kumbang Tepung. Unsur
Hara dalam Tanah (Makro dan Mikro). http://rioardi.
wordpress.com [18 November 2014].
Udha,
2008. Hama-Hama Tanaman Pertanian di
Indonesia Pada Bahan Dalam Simpanan, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Wagianto, 2008. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta:
Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar