Rabu, 19 November 2014

Terperangkap Hujan

“TERPERANGKAP HUJAN”

Yayan T. Sugantina

“Seandainya langit kelam memayungi tubuhku dan ribuan titik air hujan membasahi setiap helai rambutku aku akan menanti pelangi datang sesudah hujan, membiarkan dunia ini basah oleh tangisan kelabu agar sore pun kelabu oleh waktu. Butiran air huja mengguyuri lahan saat langit semakin kelabu, ia adalah harapan para tumbuh-tumbuhan. Bersama mereka kunanti pelangi diatas langit yang kelam hitam lepas sendu, menunggu tak  berharap ketika sedang terperangkap”.
***

Tik...tik...tik.....

Malam ini hujan begitu deras. Cahaya lampu dari sudut rumah yang menyerupai rasi bintang skorpio itu kian setia menemani dengan temaranya yang bisu. Namun malam ini aku tidak merasa sendiri. Segelas kopi kampung dan guyuran hujan di malam ini setia menemaniku di teras kos tempat tinggalku. Membuat sunyinya malam ini  rasanya semakin menjauh.
Pikiran tetap ku fokuskan untuk sebuah pekerjaan yang di tugaskan oleh seorang teman. Teman yang entah kenapa aku harus selalu dengar kata-katanya, mungkin karena tawaran positif yang selalu ia berikan kepadaku. Sehingga aku tak perna menolak jika dia menyurhku. Bahkan suruhannya bagi aku merupakan sebuah tantangan. Jadi, jelasnya, mungkin kali ini aku harus melewati tantangan yang ia berikan kepadaku, yaitu tantangan tentang  membuat Prosa naratif fiktif  atau sebuah cerpen.

Judulnya, “Terperangkap Hujan”. Itulah judul cerpen yang ia tugaskan kepadaku. Judul itu harus kukembangkan entah bagaimanapun caranya. Judul ini ia angkat dari hujan malam itu, hujan yang sangat deras, hujan yang lebat, hujan yang mungkin suda membuat ia sedikit kedinginan. Namun bagaimana caranya jika membuat cerita itu aku tak punya ide atau ideku kosong ??? Atau harus kupakasa  Akson dan Dendrit mengirim sinyal elektrik ke pusat Neuron dengan secepat mungkin ??? Ah, mana mungkin bisa, malahan yang terjadi nanti Brainstem di otakku bisa saja patah akibat terkena cairan Neurottransmitter jika aku memaksa untuk mencari inspirasi atau ide yang sama sekali tidak ada dibenakku. Tapi mau tidak mau tugas ini harus kuselesaikan malam ini, kalau perlu secepat mungkin. Tegasku dalam hati.

Setelah beberapa waktu terlewati, akhirnya ku putuskan untuk mulai mengkonekan pikiranku ke jemari tanganku yang terletak di papan keyboard Laptop yang suda berumur 4 tahun itu, yang sampai detik ini baru 2 kali  di Installasi, jadi agak lalod. Tak lupa juga mencoba berinteraksi ke lingkungan sekelilingku, Sinar lampu, rintiknya hujan dan segelas kopi dihadapanku, siapa tau saja ada inspirasi baru yang bisa kubuat menjadi sebuah narasi. Tapi harus kumulai dari mana ??? Pikirku. Sebab aku tidak begitu yakin jika page berukuran F4 ini bisa kupenuhi dengan kata-kata yang indah dicerna oleh otak. Atau harus ku ubah pagenya menjadi A4 biar ketidakyakinanku berkurang ??? Hahahaaaa.. Dasar malas, dasar tidak pede dengan diriku sendiri.

Huft.. Tertekan pikiranku kali ini. Tak banyak berbuat apa-apa, sampai sejauh ini aku belum bisa menemukan ide pokok yang berkaitan dengan judul tadi, “Terperangkap Hujan”. Yang ada hanya kekalahan interaksi ke lingkungan sekitarku.  Buktinya saja segelas kopi uda mogok, hujannya uda redah, dan temaran lampu yang bentuk rasi bintang skorpio pun lambat laun redup dan hanya menyisahkan bentuk segitiga tak beraturan. Rasa putus asa menghampiriku.

Diam, itu yang kulakukan ketika putus asa sedang mempermainkanku. Dengan asiknya dia bermain dan menari penuh kegembiraan di otakku, mungkin ia sedang merayakan kemenaganya karena telah berhasil membuat aku tak bisa berbuat apa-apa atas tugasku di malam ini.

Ditengah kegembiraan yang ia rasakan, tiba-tiba “momentum of Aha” muncul di benakku, tepatnya percikan ide kreatif  datang dan menghancurkan kegembiaraan si kesenjangan kondisi batiniah tadi, yaitu si putus asa dan menggantikannya dengan inspirasi baru, yakni kisah yang menurutku menarik untuk kuceritakan, kisah yang berkaitan dengan judul yang harus kukembangkan itu. Ya walaupun agak melenceng sih, tohnya juga lencengnya tidak jauh bingitss. Asal dalam ceritanya tetap ada hujan, heheheheee...

Ok, mungkin aku mulai saja ceritanya.

Cerita ini berawal dari praktek kampus, paraktek perdana turun kelahan, sekaligus praktek pertama di semester tiga (ganjil) ini. Sebab kemarin-kemarin prakteknya hanya di laboratorium saja.

Hari itu, tepatnya Kamis, 18 September 2014. Hari pertama dimana aku dan kawan-kawan turun langsung ke lahan untuk praktek Mata Kuliah Dasar-dasar Ekologi. Hari itu penuh dengan kegembiraan, penuh dengan canda tawa, penuh dengan kebersamaan, penuh dengan indahnya warna warni persahabatan. Sekitar 100 lebih orang di lahan belakan Fakultas Pertanian waktu itu, yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Aku masuk dikelompok satu untuk Golongan AGT-02. Golongan yang sebelumnya merupakan penggabungan dari anak-anak kelas C dan D untuk Program Studi Agroteknologi Budidaya Pertanian.

Saya dan teman-teman bersemangat untuk langsung memulai praktek. Tidak berapa lama menunggu Asdos, praktekpun dimulai. Masing-masing anggota  kelompok bekerja, ada yang menggemburkan tanah, ada yang mengambil pupuk, dan ada juga yang asik bercanda sambil melemparkan bongkahan-bongkahan tanah. Begitupun dengan kelompokku, tak mau ketinggalan dengan aksi-aksi serius sambil bercanda. Sangat seru waktu itu, kebersamaan yang kuat telah terjalin di diri kami masing-masing. Hak rasa persahabatan muncul dan saling terajut satu sama lain, sehingga menjadi sesuatu yang amat kuat dan tak bisa dipisahkan.

Waktu praktek terus berjalan. Dengan semangat 45, aku bersama teman yang lainya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang memuaskan.  Dan waktunya istrahat. Sambil duduk istrahat, tiba-tiba dari kerumunan banyaknya orang, sepasang mataku tertuju pada sosok yang sangat kukagumi. Sosok yang tubuhnya hanya ditutupi oleh kedua warna, yaitu merahmuda dan warna hitam yang membuat ia semakin tetap saja nampak dari kejauhan di sore itu. Dia adalah seorang wanita. Wanita cantik, wanita yang sangat indah. Wanita yang membuat dunia ikut tersenyum jika dia menampakkan lekukan indah dipipinya. Pikirku agak sedikit berlebihan.

Belum selesai kuperpanjang pikirku tentang wanita itu, tiba-tiba saja rintiknnya air hujan turun dan membasahi aku dan teman lainya. Hujan yang memang ditandai dengan mendungnya awan sewaktu awal praktek tadi. Tanpa berfikir panjang, aku dan teman-teman memutuskan untuk pergi mencari tempat berteduh, tapi sayang tempatnya lumayan jauh, sedangkan hujan dengan ganasnya tak berhenti menjatuhkan beratus-ratus bahkan berjutah airnya kepermukaan bumi.

Berlari, terus berlari mencari tempat berteduh, gundukan tanah kulompati, kuning hijaunya warna rumput yang tak beraturan akibat kena herbisida ku injak. Sesekali kumelirik kebelakan melihat wanita itu. Nampaknya dia tak ingin mencari tempat berteduh, melainkan dia hanya ingin menikmati tetesan demi tetesan hujan di sore itu. Indah, pemandangan yang indah. Pikiran untuk seorang pengagum wanita seperti aku.

“Wahai tuhan, begitu indah ciptaanmu”. Kataku dalam hati sambil berlari-lari kecil. Jujur, sungguh menarik wanita itu, wanita yang entah kenapa suda berhasil membuat aku mengaguminya.

Tidak berapa lama berlari di tengah derasnya hujan, aku dan teman suda sampai ditempat berteduh. Ya, di Gazebo, tempat yang disulap menjadi sebuah kantin. kantin yang terletak pas di tengah gedung Fakultas Pertanian. Kantin “Rock n Roll”, itu penyebutan yang sering di gunakan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian. Kantin yang dikelolah oleh seorang wanita separuh baya, wanita baik dan ramah.

Waktu terus berjalan, dan gelap malam kian medekat. Namun hujan di sore itu tak kunjung juga redah. Semuanya duduk dan nampak terdiam. Tak terdengar lagi candaan si para pengagum wanita. Hanya kepala yang sesekali melirik satu sama lain. Begitupula aku.
Terperangkap Hujan. Pikirku. Tak banyak yang bisa kuperbuat. Kubuka ransel yang ada di depanku, kuambil switeer untuk membungkus tubuhku. Tidak lupa juga sebuah buku album dan polpen kukeluarkan.

Kubuka lembaran putih bersih, kupilih untuk menulis di tengah deras hujan di sore itu.

"Cukup seru hari ini. Bermain bersama hasil kondensasi uap air yang ada di atmosfer. Bagaimna menurutmu hujan di sore ini kawan ?? apa ia membawa hal yang baru dikehidupanmu ?? Kawan, katakan kalau hujan adalah utusan langit untuk bumi, mengantarkan sesuatu yang baru, sesuatu yang tak mampu kau tebak dan tak pulah kau hindari. Kawan, hujan tak hanya bertugas menyapa ramah tanah, tak hanya mengajaknya bermain gunduh, atau sekedar berlarian riang menyambut kedatangan pelangi, tapi hujan merupakan anugrah hidup, anugrah yang jika kau pahami kau akan merasakan hal yang baru. Suatu keindahan yang tak mampu kau gambarkan, suatu kemenarikan yang tak mampu untuk kau defenisikan, suatu kemewahan yang tak lebih dari seorang gadis “Black Pingk” yang kau dambakan. ”
18 September 2014.

Pengagum Wanita,



Setelah tak berapa lama selesai menulis, hujanpun lambat laun redah, dan hanya menyisahkan rintik-rintik kebahagian, rintik pembebasan setelah beberapa jam terperangkap hujan digazebo. Semua kembali tersenyum, termaksud langit dan gelap malam yang kini datang menjemput tak berdosa.

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html